Selasa, 27 Desember 2016

Aliran Filsafat

Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan A. Pengantar Lahirnya aliran-aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu didasarkan atas keinginan menciptakan manusia-manusia ideal melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu pula berbagai pemikiran kependidikan pun akan selalu mengacu pada cara pandang seseorang atau sekelompok orang dalam menilik eksistensi manusia dalam memperoleh pengalaman-pengalaman yang pada gilirannya akan membentuk peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri. Dan oleh karena itu, corak dan model yang ditawarkannya pun memiliki hubungan signifikan dengan cara pandang aliran dalam memandang realitas manusia,baik hakikat maupun eksistensinya di dunia dalam kaitannya dengan dirinya, alam, dan Tuhan. B. Progresivisme 1. Progresivisme dalam Pengertian dan Sejarah Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka, secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi. Dengan pemilikan kemampuan berpikir yang baik, subjek-subjek didik akan terampil membuat keputusan-keputusan terbaik pula untuk dirinya dan masyarakatnya serta dengan mudah pula dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2. Landasan Filosofis Progresivisme Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat. 3. Pandangan Progresivisme tentang Pendidikan Aliran progresivisme sangat memberikan penghargaaan yang tinggi terhadap individualitas anak didik, namun ia pun menjunjung tinggi sikap sosialitas, sehingga corak aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih pada kooperasi dari kompetisi. Progresivisme tidak menolak nilai suatu kompetisi, karena memang anak-anak didik memerlukan adanya sikap kompetisi ini dalam rangka pertumbuhan personalitasnya. Namun demikian aliran ini beranggapan bahwa kooperasi lebih baik dari kompetisi dalam pembentukan biological dan sosial yang menjadi hakikat kemanusiaan itu sendiri. Berdasarkan pemikiran ini pulalah maka aliran ini memandang bahwa hanya melalui corak demokrasilah kebebasan subjek didik dalam mengeluarkan ide dapat dikembangkan. Dan ini sangat diperlukan untuk membentuk sikap mandiri anak didik dalam memecahkan berbagai problem kehidupannya sebagai langkah penting dalam pembentukan proses kehidupannya yang penuh dengan dinamika dan perkembangan. C. Perenialisme 1. Perenialisme dalam Pengertian dan Sejarah Kondisi dunia modern yang sangat mengandalkan rasionalitas empiris-positivistis yang memandang kebenaran dalam konteksnya yang serba terukur, teramati dan teruji secara inferensial dan yang melihat realitas sebagai sesuatu yang serba materi, telah pula memunculkan berbagai problem kemanusiaan, seperti munculnya sikap ambivalensi yang mencekam dan akan mendatangkan kebingungan, kebimbangan, kekakuan, kecemasan, ketakutan dalam bertingkah laku, sehingga manusia hidup dalam ketidakmenentuan dan cenderung kehilangan arah dan jati dirinya, pengabaian berpikir logis dalam hal ini telah pula memunculkan ketidakmampuan manusia melihat pengetahuan yang sebenarnya. Hal ini mengingat corak kehidupan yang serba rasional bertujuan dengan landasan empiris-positivis yang melihat realitas dunia dengan serba objektif di mana kebenaran ilmu berangkat dari fakta-fakta yang terverivikasi dan terukur secara ketat,telah pula menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai orientasi kehidupan. 2. Landasan Filosofis Perenialisme Mortimer J. Adler sebagai salah seorang pendukung perenialisme ini mengatakan, bahwa jika seorang manusia adalah mahluk rasional yang merupakan hakikat yang senantiasa seperti itu di sepanjang sejarahnya, maka tentulah manusia memiliki gambaran yang tetap pula dalam hal program pendidikan dengan tidak mengikutkan peradaban dan masa tertentu. Begitu pula Sayyed Husein Nasr menyebutkan, bahwa karakteristik khusus manusia tidak lain adalah rasionalitas. Rasionalitas ini merupakan sifat manusia yang hakiki. Dengan prinsip dasar ini pulalah, maka aliran ini berpendapat bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan sebagai produk dan prestasi manusia di manapun dan kapan pun selalu akan sama, karena memang bersumber dari hakikat yang sama. 3. Pandangan Perenalisme tentang Pendidikan Aliran ini meyakini bahwa pendidikan adalah transfer ilmu pengertahuan tentang kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu kebenaran sedangkan kebenaran selamanya memiliki kesamaan. Oleh karena itu pula maka penyelenggaraan pendidikan pun dimana-mana mestilah sama. Pendidikan mestilah mencari pola agar subjek-subjek didik dapat menyesuaikan diri bukan pada dunia saja, tetapi hendaklah pada hakikat-hakikat kebenaran. Penyesuaian diri pada kebenaran merupakan tujuan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, para perenialis memandang, bahwa tuntutan tertinggi dalam belajar adalah latihan dan disiplin mental. Para perenialis percaya, bahwa pemikiran subjek-subjek didik akan menjadi nyata melalui pelatihan-pelatihan intelektual. Cara mudah untuk mengajar subjek-subjek didik adalah dengan cara menumbuhkan keinginan untuk belajar. Realisasi diri sangat tergantung pada disiplin diri, sedangkan disiplin diri itu sendiri dapat diraih melalui disiplin eksternal. Berdasarkan pemikiran ini, maka perenialis sampai pada suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah upaya keras untuk memperoleh sesuatu ilmu pengetahuan melalui disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional. D. Esensialisme 1. Esensialisme dalam Pengertian dan Sejarah Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang menekankan, bahwa pendidikan mesti dibangun di atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. Kemunculannya adalah reaksi atas kecenderungan kehidupan manusia pada yang serba duniawi, ilmiah, pluralistik, dan materialistik, akibat dari prinsip pendidikan yang fleksibel, terbuka untuk segala bentuk perubahan, toleran serta tidak mempunyai pegangan yang kukuh dengan doktrin tertentu. Kondisi dunia yang telah merusak tatanan humanitas telah menjadi perhatian kelompok esensialisme. 2. Landasan Filosofis Esensialisme Esensialisme mamandang bahwa manusia sebagai bagian dari alam semesta yang bersifat mekanis dan tunduk pada hukum-hukumnya yang objektif – kausalitas, maka ia pun secara nyata terlibat dan tunduk pula pada hukum – hukum alam. Dengan demikian, manusia selalu bergerak dan berkembang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum natural yang bersifat universal. Hukum universallah yang mengatur keseluruhan makrokosmos yang meliputi aturan benda-benda, energi, ruang dan waktu bahkan juga pikiran manusia. Tuhan dalam hal ini mengatur eksistensi segala realitas yang ada termasuk diri manusia dari “atas”. Semua hukum ilmu pengetahuan tidak lain adalah perwujudan keharmonisan dan validitas aktivitas Tuhan. 3. Pandang Esensialisme tentang Pendidikan Esensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal menguji ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non-esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah. Esensialis percaya bahwa pelaksanaan pendidikan memerlukan modifikasi, dan penyempurnaan sesuai dengan kondisi manuisayang bersifat dinamis dan selalu berkembang, namun mengingat pengembangan manusia akan selalu berada di bawah azas ketetapan dan natural, maka pendidikan harus dibina atas dasar niali-nilai yang kukuh dan tahan lama agar memberikan kejelasan dan kestabilan arah pembangunannya. Pendidikan yang bersifat fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak berhubungan dengan doktrin dan norma yang universal menjadikan eksistensinya mudah goyah dan tidak memiliki arah yang jelas. Oleh karena itu, pendidikan mesti didasarkan pada azas yang kukuh yang secara nyata telah teruji kebenaran dan ketangguhannya dalam perjalanan sejarah. E. Rekonstruksionisme 1. Rekonstruksionisme dalam Pengertian dan Sejarah Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam kontek filsafat pendidikan, rekonstruksionisme adalah sebuah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini sering pula disebut dengan aliran rekonstruksi sosial. 2. Landasan Filosofis aliran rekonstruksionisme Muhammad Iqbal sebagai tokoh rekonstruksionisme dari dunia islammengatakan, bahwa hakikat manusia adalah segenap kekuatan diri yag akan menentukan siapa ia. Apabila ego seseorang dapat berkembang dengan baik, maka eksistensinya dalam masyarakat dan dunia pun akan diakui. Jika manusia tidak mengambil prakarsa dan berkeinginan untuk mengembangkan dirinya dan tidak ingin merasakan gejolak batin hidup yang lebih tinggi, maka ruh yang ada padanya akan mengkrsital dan perlahan-lahan akan menjadiakn dirinya tereduksi kepada benda-benda mati. Oleh karena itu Iqbal berpendapat bahwa untuk membangun kembali umat Islam yang telah terpuruk pada kemerosotan dan kemunduran yang berpangkal pada kemerosotan humanitas, perlu menata dan membangun kembali tata sistem baru dengan mengembangkan potensi dan akal manuisa yang akan menunjuk pada eksistensi manusia dalam memandang realitas. Suatu yang riil buka saja bersifat rasional-idealis seperti yang ditawarkan Plato, tetapi juga yang bersifat indrawi. 3. Pandangan rekonstruksionisme tentang pendidikan John dewey sebagai seorang tokoh awal pergerakan aliran ini mengatakan,bahwa pengembangan watak manusia ini selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya dalm menghasilakn budaya. Oleh karena itu manusia selalu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya. Manusia adalah bagian terpenting dalam sebuah masyarakat, sehingga apapun yang ia lakukan selalu berkenaan dengan pembentukan kebudayaannya. Masalah perbedaan biologis dan perbedaan individu berfungsi dalam suatu bentuk sosiam namun itu bukanlah sifat asli yang dapat memisahkan suatu bangsa, kelompok, dan kelas tertentu dari yang lainnya. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kebebasan adalah hak esensial manusia, namun dalam pengembangannya memerlukan hubungan dengan sesuatu yang berada di luar dirinya dan di sinilah manusia mesti menjadi bagian dalam suatu masyarakat. Mengingat manusia adalah bagian masyarakat, maka pendidikan secara efisiensi mesti mengacu pada kepentingan rekonstruksi masyarakat. F. Dialog antar –aliran Kendatipun terdapat kesamaan dengan aliran perenialisme yang menginginkan upaya kependidikan memiliki sistem nilai yang kukuh dan bertradisi, namun tampaknya tuntutan perenialisme terhadap dunia kependidikan lebih sulit terealisasi. Hal ini disebabkan tuntutannya membutuhkan tingkat intelektualisme yang tinggi, seperti mempelajari berbagai tradisi berpikir para tokoh besar pada masa lalu sampai sekarang yang kemudian dengan cara yang kritis akan membentuk suatu pemikiran yang siap dalam menatap masa sekarang dan masa depan yang penuh dengan dinamika problem kependidikan. Perenialisme menyarankan pendidikan intelektual tidak menyeluruh, karena konsentrasinya sebatas hubungan tata logika yang berada pada wilayah pengembangan watak intelektualisme yang sarat dengan nuansa nilai-nilai moral, namun kurang menyentuh problem keterkaitan eksistensi manusia memandang dunai yang selalu tidak akan persis sama apa yang dibutuhkan manusia-manusia dalam suatu masa dengan masa lain yang secara niscaya akan membawa pada perbedaan-perbedaan pola kerja rasio dalam mencari pemecahan-pemecahan masalah yang tengah mereka hadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar