Selasa, 27 Desember 2016

Mencari Kebijaksanaan Hidup

Filsafat : Mencari Kebijaksanaan Hidup A. Prawacana Filsafat mengajak kita mendobrak semua kerangkeng kebiasaan. Sesuatu yang rutin biasanya merupakan sesuatu yang populer. Maka popularitas itu harus didobrak. Dengan apa? Dengan berfilsafat. Dengan menatap rutinitas kehidupan yang kita jalani melalui sudut pandang yang baru; melalui cara dengan menumbuhkan perasaan takjub dalam diri kita masing-masing terhadap kehidupan; dengan cara selalu menumbuhkan hasrat ingin terbang melalui segala bentuk banalitas (kedangkalan) yang selalu kita lakukan dalam rutinitas kehidupan sehari-hari. Spirit filosofis seperti itulah yang akan dihadirkan dalam bab awal ini. B. What is Philosophy? Kesadaran tentang makna filsafat yang demikianlah, konon ketika Phythagoras ditanya oleh orang kebanyakan apakah ia orang arif (Sang Pemilik Kearifan), ia dengan takzim dan rendah hati menjawab bahwa dirinya bukan orang arif, melainkan hanya seorang pencinta kearifan (philosophos). Sekali lagi, jawaban Phythagoras, filsuf yang ahli matematika dan geometri tersebut, membentangkan ke hadapan kita tentang makna filsafat secara demonstratif. Bahwa filsafat merupakan sebuah kegiatan pencarian dan petualangan tanpa henti mengenai makna kebijaksanaan dan kebenaran dalam pentas kehidupan, bak tentang Tuhan Sang Pencipta, eksistensi dan tujuan hidup manusia, maupun realitas alam semesta. Karena kegiatan pencarian itu tidak pernah final, tidak pernah membuahkan sebuah pencapaian kebijaksanaan dan kebenaran secara komprehensif (sempurna), maka setiap orang yang berfilsafat harus bertindak rendah hati. Masih ada semesta makna kebenaran dan kearifan tak terpahami; masih ada kebijaksanaan yang tersisa, masih ada jejak makna yang belum kita mengerti. C. Pandangan Para Ahli Tentang Definisi Filsafat Mari kita lihat juga pendapat-pendapat para ahli atau filosof mengenai pengertian filsafat. 1. Socrates (469-399 SM) Socrates mendefinisikan filsafat sebagai suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life). Melihat makna filsafat yang dikontruksi oleh Socrates, tidak berlebihan jika ia mengeluarkan statement : the unexamined life is not worth living: bahwa kehidupan yang tak teruji dan tak pernah dipertanyakan, merupakan kehidupan yang tidak berharga. 2. Plato (427-347 SM) Plato mengatakan bahwa seorang filsuf adalah orang yang mencintai visi tentang kebenaran sebagai kebenaran itu sendiri, mengenai keindahan sebagai keindahan itu sendiri, pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri, dan kebijaksanaan demi kebijaksanaan itu sendiri. Katakanlah ada banyak orang yang menyukai apa saja yang indah semacam drama-drama percintaan, lukisan-lukisan indah, dan musik-musik yang menarik. Orang-orang seperti ini dalam penglihatan Plato belum pantas disebut filsafat, sebab ia hanya mencintai segla sesuatu yang indah, padahal seorang filsuf mencintai keindahan itu sendiri. Bahkan agak secara ekstrem, plato menganggap bahwa orang-orang yang hanya mencintai segala sesuatu yang indah berarti sekedar bermimpi, sedangkan orang-orang yang mengetahui keindahan absolut benar-benar terjaga. The man who only loves beautful things is dreaming, whereas the man who knowa absolute beauty is wide awake. 3. Aristoteles (384-322 SM) Aristoteles mengetengahkan bahwa filsafat berurusan dengan penelitian sebab-sebab dan prinsip-prinsip segala sesuatu. Dalam arti ini, filsafat kelihatanya identik dengan totalitas pengetahuan manusia. Tetapi di dalam disiplin filsafat pada umunya terdapat disiplin lain, filsafat pertama, yang ia namakan juga “teologi”. Ini menyangkut prinsip-prinsip dan sebab-sebab terakhir, yang meliputi ide tentang Allah, prinsip segala prinsip dan sebab segala sebab. 4. Friedrich Hegel (1770-1831) Friedrich Hegel mendefinisikan filsafat sebagai “die denkende Betrachtung der Gegenstande”, the investigation of things by thought and contemplation(Penyelidikan hal-hal dengan pemikiran dan perenungan). 5. Bertrand Russel (1872-1970) Bertrand Russel menganggap filsafat sebagai suatu kritk terhadap pengetahuan, karena filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang dipakai dalam ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari sesuatu ketakselarasan yang dapat terkandung dalam asas-asas itu. Selain itu, Russel juga menyatakan bahwa filsafat merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan puncak secara kritis, the attempt to answer ultimate question crirically. 6. Theodore Brameld Ia merumuskan filsafat sebagai usaha yang gigih dari orang-orang biasa maupun orang-orang cerdik pandai untuk membuat kehidupan sedapat mungkin dapat dipahami dan bermakna (the persistent effort ofboth ordinary and sophiscated people to make life as intelligible and meaningful as possible). 7. Harold H. Titus Titus mengungkapkan paling tidak lima macam definisi filsafat secara global: a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam, yang biasanya diterima secara tidak kritis. b. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. d. Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. e. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahi filsafat. 8. Louis O. Kattsoff Sampai di sini barangkali kita bertanya-tanya: betapa beragamnya pengertian filsafat dan betapa berbedanya antara yang satu dengan yang lain walaupun ada pula beberapa kesamaannya? Puspa ragampengertian filsafat dan perbedaan antara satu pandangan seorang filsuf atau ahli filsafat dengan lainnya, justru menunjukkan bahwa filsafat tidak bisa atau sulit untuk didefinisikan secara tuntas. Meskipun dengan aneka ragam pengertian di atas, kita sudah memperoleh gambaran awal tentang maknafilsafat, namun sebagaimana diungkapkan di awal wacana ini, bahwa filsafat sejati sangat sulit didefinisikan dalam ungkapan frasa dan kata-kata. Sebab hakikat filsafat berhubungan dengan seluruh aktivitas kehidupan sebagai manusia: petualangan tanpa akhir. Setiap manusia dalam mencari makna tentang eksistensi keberadaanya , tujuan hidupnya, alam semesta, dan hubungannya dnegan Sang Pencipta yang hanya akan dibungkam oleh datangnya kematian. D. Enam Prinsip Pencarian Filosofis Meskipun kita telah mengeksplorasi berbagai pengertian filsafat dari beragam tokoh, dan menguraikan sebagai makna filsafat, izinkanlah saya menyarikan enam prinsip dalam petualangan atau pencarian filosofis (philopsophical inquiry). Pertama, izinkanlah ruh ketakjuban, rasa ingin tahu atau keheranan (the spirit of wonder) berkembang dengan baik dalam diri Anda. Kedua, ragukan segala sesuatu yang tidak didukung oleh bukti-bukti yang meyakinkan Anda tentang kebenaran tersebut. Ketiga, cintailah kebenaran (love the truth). Keempat, terka, duga, dan tolaklah. Kelima, perbaiki dan bangun kembali (revise and rebuild). Keenam , hayati dan amalkanlah kebenaramn dan kebaikan; (live the truth and the good). E. Signifikasi Filsafat Tenu saja seorang cendekiawan boleh menikmati konsumsi orang-orang kebanyakan. Tapi bukan demi kenikmatan konsumtif itu sendiri, melainkan untuk mengkritisi, menilai, dan menyibak ‘aura sakral atau keterpesonaan awam’ itu sendiri. Ia mesti mampu melihat titik-titik kelemahan, bias-bias terselubung, dan aroma-aroma semu yang membutakan orang awam yang tak terlihat oleh orang-orang kebanyakan. Kalau seorang cendekiawan justru ikut-iutan larut bersama ketrpesonaan hal-hal yang bersifat banalitas dan artifisial bukan menyelami pada makna-makna yang bersifat kualitas dan esensial. Mahkota kecendekiawannya akan terlepas dari dirinya: penahbisan atas kecendekiawannya secara ideal-moral akan tercabt kembali. F. Konklusi : Meretas Ruang Ketakjuban Tepat pada poin inilah, kita bersentuhan dengan tesis yang digulirkan Plato, kira-kira 2500 tahun lalu di atas : perasaan takjub merupakan petanda dari seorang filosof, sebab seluruh filsafat selalu memiliki sumbernya dalam ketakjuban. Dalam konteks ini pula, melalui pembahasan bab pertama ini, saya berharap sudah muncul benih-benih rasa ingin tahu, perasaan takjub dan kekaguman terhadap hal-hal di sekeliling Anda yang mengantarkan Anda senantiasa berada dalam ranah pencarian (selalu belajar). Sebab, sebagaimana dideklarasikan oleh Plato, bila perasaan ingin tahu, penasaran, dan kekaguman sudah mulai bersemi dalam benak Anda, saat itulah benih-benih seorang filosof telah mulai mekar pada diri Anda. Dan itulah tujuan awal penjelasan segala hal yang berhubungan dengan filsafat dalam bab pertama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar