Selasa, 27 Desember 2016
hasil observasi
Praktik di SMAN 1 Petir kelas X IIS 3dengan menggunakan model pembelajaran Picture and Picture dalam menjelaskan materi tentang “Individu, Kelompok dan Hubungan Sosial”, dengan metode ceramah terlebih dahulu agar siswa mengerti akan kompetensi dasar yang harus dicapai lalu setelah itu menggunakan model untuk membuat siswa lebih mengerti akan materi dan membuat siswa berpikir dalam mengurutkan gambar-gambar yang harus disusun menjadi urutan yang logis.
Kekuatannya adalah dengan menggunakan model picture and picture ini membuat siswa lebih tertarik untuk memperhatikan materi yang disampaikan karena menggunakan gambar-gambar yang memacu pemikiran mereka dalam menganalisis sebuah gambar.
Kelemahan sekaligus kendalanya adalah tidak semua siswa mau memperhatikan materi dan tidak semua siswa aktif dalam proses pembelajaran, cenderung murid yang duduk di barisan depan lebih aktif berpendapat daripada siswa yang duduk di barisan belakang.
Upaya mengatasi kendala tersebut adalah seorang guru seharusnya dapat mengkondisikan kelas agar semua siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memprioritaskan siswa yang pemalu atau jarang berpendapat, dan hendaknya guru dapat memotivasi siswa agar dapat mengeluarkan pendapatnya dan berani bicara di depan kelas.
1. Anggota Kelompok :
a) Avivi Syavira
b) Hardiyanti
c) Tatu Khabibah
Praktik di SMAN 1 Pontang, Kabupaten Serang kelas XII IPS 1dengan model pembelajaran Numbered Heads Together dalam menjelaskan materi tentang “Lembaga Sosial”.
Kekuatannya adalah model pembelajaran Numbered Heads Together atau kepala bernomor ini adalah sangat efektif melatih sisiwa untuk dapat berpendapat di mua umum. Dengan kita menunjuk nomor secara acak, itu menjadi sebuah motivasi bagi para siswa untuk mempersiapkan jawaban terbaik yang mereka miliki. Dengan jumlah siswa 18 orang, rasanya tidak sulit keseluruhan dari mereka untuk berpendapat. Mungkin dengan jumlah siswa yang lebih banyak, hanya akan beberapa siswa saja yang akan berkesempatan untuk berpendapat.
Kelemahan sekaligus kendalanya adalah dalam penerapan model ini beberapa siswa masih merasa sungkan untuk berpendapat bahkan ada siswa yang saat nomornya dipanggil, tidak mengakui bahwa dia yang memegang nomor itu dengan mencopot nomor yang telah kami pasang. Atau juga, saat siswa dihadapkan dengan situasi dimana mereka harus menjawab pertanyaan secara tiba-tiba mereka pasti akan terkejut, dan tak jarang apa yang mereka utarakan hanya sebatas membaca dari buku. Tetapi sekecil apapun suara yang mereka berikan, kami selalu mengapresiasinya. Hal ini dilakukan mengingat SMAN 1 Pontang masih berjalan menggunakan KTSP 2006, dimana para siswa tidak terbiasa untuk berdiskusi lalu mepresentasikan hasil diskusi mereka. Dan kendala lainnya adalah mengenai alokasi waktu. Karenaini baru pertama kalinya kami terjun langsung ke sekolah untuk menerapkan model pembelajaran, jujur saja kami tidak dapat membayangkan estimasi waktu yang dibutuhkan, waktu yang kami cantumkan di RPP hanya 45 menit. Tetapi sesungguhnya kami menghabiskan waktu 2x45 menit, alhasil apa yang tercantum di RPP tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
Upaya untuk meminimalisir kendala adalah jika saya menjadi guru mata pelajaran Sosiologi nanti, kemudian menyampaikan materi dengan model pembelajaran Numbered Heads Together ini, motivasi yang saya berikan pada pengantar sebagai bagian dari apersepsi, mungkin akan lebih diperkuat. Memberitahu bahwa, saat kita berbicara di muka umum, itu adalah hal yang biasa dan sudah sewajarnya untuk kita latih sejak dibangku sekolah, hal itu mungkin akan memicu keberanian peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga model pembelajaran Numbered Heads Together ini akan terlaksana dengan lebih menyenangkan dan jauh dari kesan keterpaksaan seorang siswa yang ditunjuk untuk berbicara.
2. Anggota Kelompok :
a) Siti Fatimah
b) Ana Herliana
c) Sufiyah
d) Siti Mariya Ulfah
Praktik di Man 1 Cilegon kelas XII IPS 2 dengan menggunakan model pembelajaran Students-Teams-Achievement Division (STAD) tentang materi “Perubahan Sosial”.
Kekuatannya adalah siswa dapat mengeluarkan pendapatnya sendiri karena siswa diminta membuat tulisan sesuai keinginannya sendiri membuat siswa dapat lebih kreatif dalam pembelajaran. Karena memakai metode ceramah juga dapat mencakup banyak siswa dan tidak banyak memerlukan peralatan.
Kelemahannya adalah alokasi waktu yang kurang karena jumlah siswa yang cukup banyak dan dibagi dalam kelompk yang besar sehingga hanya beberapa orang saja yang aktif dalam kelompoknya dan cenderung yang mengeluarkan pendapat adalah orang yang sama, dan dalam menjawab pertanyaan masih tergantung dan terpaku pada buku (text book).
Upaya untuk mengatasi kendala adalah dengan mempersiapkan materi yang akan disampaikan, memakai metode yang tepat, dan menggunakan model yang menarik serta dapat diterapkan dalam materi ‘Perubahan Sosial’ ini.
3. Anggota Kelompok:
a) Tyas siti Nurasiah
b) Risa Agustin
c) Aldi Nurfauzi
d) Rizki Dwi Yanuar
Praktik di SMAN 2 Pandeglang di kelas XI IPS 2 dan XI IPS 4 dengan menggunakan metode Jigsaw dalam menyampaikan materi tentang “Mobilitas Sosial”.
Kekuatannya adalah eksplorasi dari peserta didik semakin berkembang, dan memacu anak dalam berbicara serta mengemukakan pendapat yang membuat anak menjadi aktif .
Kelemahannyaadalah model Jigsaw tidak bisa dipergunakan di pertemuan awal, beberapa murid masih pasif karena tidak terbiasa berbicara di kelas ataupun depan kelas, pengaplikasian dalam model ini yang cukup rumit.
Kendala yang dihadapi adalah siswa yang tidak kondusif dan sulit diarahkan, masih terdapat siswa yang pasif, materi yang akan diajarkan harus yang sudah diajarkan.
Upaya mengatasi kendala adalah manajemen waktu yang tepat, harus mengetahui karakter masing-masing anak, mampu menghandle peserta didik dengan baik.
4. Anggota Kelompok :
a) Jeddah Nurlatifah
b) Ratu Gina Pukiha
c) Ita Purwati
Praktik di SMAN 1 Petir di kelas X IIS 2 dengan menggunakan model Kontekstual dalam mejelaskan materi tentang “Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial”.
Kekuatannya adalah siswa dapat mudah memahami materi karena terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mudah mencari contoh karena contohnya dapat diambil dari pengalaman mereka sendiri
Kelemahannya adalah siswa terkadang sulit mengaitkan materi dengan kehidupan mereka, jika materi yang disampaikan sulit untuk mereka mengerti.
Upaya mengatasi kendala adalah menggunakan bahasa sederhana dalam penyampaian materi agar siswa dapat lebih memahami.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar