Selasa, 27 Desember 2016
Pengantar Ilmu Filsafat
Pengantar Ilmu Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi.
1. Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari Bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berrati kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 SM) dan paar filsuf lainnya. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm. 1).
2. Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikrenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c. Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya,
d. Rene Descartes
Menurut Descartes,filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
e. Imamanuel Kant
Menurut Kant, filsafat adalah ilmu (penegtahuan) yang menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
B. Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu penegtahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek Material Filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkret maupun hal yang abstrak.
2. Objek Formal Filsafat
Objek formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itudisorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi padasaat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah “manusia” dan manusia ini ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang memepelajari manusia diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
C. Metode Filsafat
Katametode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui,mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan, cara, arah). Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. (Anton Bakker, 1984, hlm. 10). Yang paling penting dapat disusun menurut garis historis, sedikitnya ada 10 (sepuluh) metode, yaitu sebagai berikut.
1. Metode Kritis : Socrates, Plato
2. Metode Intuitif : Plotinus, Bergson
3. Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan
4. Metode Geometris : Rene Descartes dan pengikutnya
5. Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume
6. Metode Transendental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik
7. Metode Fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme
8. Metode Dialektis : Hegel, Marx
9. Metode Non-Positivistis
10. Metode Analitika Bahasa : Wittgenstein
Penjelasan secara singkatmetode filsafat yang khas adalah sebagai berikut.
1. Metode Kritis dari Socrates dan Plato
Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam berbagai percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis pendapatatau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu. Seorang negarawan misalnya, mempunyai pendapat tertenu mengenai keahliannya, kepada mereka dan kepada warga negara Athena lainnya, Socrates mengajukan pertanyaan mengenai pekerjaan mereka dan soal-soal praktis dalam hidup seorang manusia.
2. Metode Intuisi Dikembangkan oleh Plotinus dan Henri Bergson
Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan intuisi, yaitu suatu tenaga rohani, suatu kecakapan yang dapat melepaskan diri dari akal, kecakapan untuk meyimpulkan serta meninjau dengan sadar. Intuisi adalah naluri yang telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas. Intuisi adalah suatu bentuk pemikiran yang berbeda dengan pemikiran akal, sebab pemikiran intuisi bersifat dinamis. Fungsi intuisi adalah untuk mengenal hakikat seluruh kenyataan. Hakikat yang sebenarnya, baik dari ‘aku’ maupun dari ‘seluruh keyataan’ oleh intuisi dilihat sebagai ‘kelangsungan murni ‘ atau ‘masa murni’. Yang keadaanya berbeda sekali dengan ‘waktu’ yang dikenal akal.
3. Metode Skolastik dengan Tokoh yang Terkenal adalah Aristoteles dan Thomas Aquinas
Metode skolastik sering disebut sintetis deduktif. Sering nama metode skolastik dipakai unuk menguraikan metode mengajar, seperti terjadi di sekolah-sekolah dan universitas-universitas; bukan hanya dalam filsafat, melainkan dalam semua ilmu, seperti hukum, kedokteran, ilmu pasti, dan artes. Namun, itu belum cukup. Kalau dicari metode filsafat Thomas Aquinas, pertama-tama harus diteliti cara berpikir, cara menguraikan dan membuktikan ajarannya.
4. Metode Geometris dan Metode Empiris
Rene Descartes menjadi tokoh pencetus metode geometris dan metode empiris didukung oleh Hobbes, Locke, Barkeley, dan Hume. Kedua metode tersebut memiliki tempat tersediri dalam upaya pencaran nilai-nilai kefilsafatan secara radikal dan hakiki.
5. Metode Transesndetal : Kant, Neo-Skolastik
Aliran rasionalisme dan empirisme akhirnya diatasi oleh filsafat Immanuel Kant. Filsafatnya terutama ditekankan oleh aktivitas pengertian dan penilaian manusia. Jadi, dalam hal ini tidak menurut aspek atau segi kejiwaan sebagaimana dalam empirisme, tetapi sebagai analisis kritis.
6. Metode Dialektis : Hegel, Karl Marx
Jalan untuk memahami kenyataan bagi Hegel adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep. Asal saja mulai berpikir secara benar, ia akan dibawa oleh dinamika pikiran itu sendiri dan akan dapat memahami seluruh perkembangan sejarah pula. Struktur di dalam pikiran adalah sama dengan proses genetis dalam kenyataan, maka metode dan teori atau sistem tidak dapat dipisahkan. Karenamengikuti dinamika di dalam pikiran dan kenyataan itu, metode Hegel disebut metode dialektis. Dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan, kemudiaan didamaikan (tesis-antitesis-sintetis).
7. Metode Fenomenoligi : Husserl
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani fenomenon yang berarti sesuatu yang tampak, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala.
8. Metode Analitika Bahasa : Wettgenstein
Metode ini dapat dinilai cukup netral sebab sama sekali tidak mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaan dalam metode ini adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis. (Sudarsono, 1993, hlm. 96-102).
D. Ciri-ciri Filsafat
Pemikiran kefilsafatan menurut Suyadi M. P. mempunyai karakteristik sendiri, yaitu meneluruh, mendasar, dan spekulatif. Hal ini sama dengan pendapat Sri Suprapto Wirodiningrat menyebutkan juga pikiran kefilsafatan mempunyai tiga ciri, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Lain halnya Sunoto, menyebutkan ciri-ciri dari berfilsafat, yaitu deskriptif, kritis atau analitis, evaluatif atau normatif, spekulatif dan sistematik.
1. Menyeluruh
Artinya, pemikiran yang lusa karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
2. Mendasar
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi, tidak hanya berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
3. Spekulatif
Artinya, hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian, tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karenatidak pernah mencapai penyelesaian. (Sri Suprapto Wirodiningrat, 1981, hlm, 113-114).
E. Asal dan Pemikiran Filsafat
1. Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk “berfilsafat”, yaitu sebagai berikut.
a. Keheranan
Banyak filsuf yang menunjukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani Thaumasia) sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan :”Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan intuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat.”
b. Kesangsian
Filsuf-filsuf lain, misalnya Augustinus (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Di mana dapat ditemukan kepastian? Karenadunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi.
c. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya itu sanagt kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekeliilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusai yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas. (Harry Hamersma, 1988, hlm. 11).
2. Peranan Filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankans edikitya tigapemikiran utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannnya sebgai pendobrak, pembebas, dan pembimbing. (Jam Hendrik Rapar, 1996, hlm. 25-17).
a. Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karenasegala dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedangkan tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu gugat maka dongeng dan takhayul itu pasti benar dan tidak boleh diganggu gugat.
b. Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh berbagai dengan mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari keidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir mistis dan mitis.
c. Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu. Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya bagai pembimbing.
F. Kegunaan Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya. Kemampuan itu dipelajari melalui dua jalur, yaitu secara sistematik dan secara historis.
G. Pembagian (Cabang-cabang) Filsafat
Filsafat secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan untuk pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Di dalmnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum, filsafat komunikasi, dan lain-lain. Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa. Sejak zamna kuno hingga zaman modern. Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina, dan sejarah filsafat Islam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar