Selasa, 27 Desember 2016
Kebudayaan
A. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897).
Menurut Kluckhon (1941) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya yang berjudul Man and His Work tentang teori kebudayaan yaitu :
1. Kebudayaan dapat dipelajari.
2. Kebudayaan berasal atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah eksistensi manusia.
3. Kebudayaan mempunyai struktur.
4. Kebudayaan dapat dipecah-pecah ke dalam berbagai aspek.
5. Kebudayaan bersifat dinamis.
6. Kebudayaan mempunyai variabel.
7. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah.
8. Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.
B. Kerangka Kebudayaan
Untuk dapat memahami ilmu budaya dasar yang merupakan perpaduan beberapa pengertian, konsep, atau teori pengetahuan budaya, bila perlu terlebih dahulu mempelajari kerangka kebudayaannya sendiri. Sebab apa yang dikatakan definisi, pengetian, atau teori tentang pengetahuan budaya, semuanya merupakan komponen dari susunan suatu ilmu, yang tidak dapat melepaskan diri dari objek materi dan objek formal suatu ilmu.
Untuk memudahkan dalam dialektika tentang kebudayaan yang wawasnnya begitu luas, perlu dipahami terlebih dahulu tentang kerangka kebudayaan, wujud kebudayaan, unsur kebudayaan, sistem budaya, sistem sosial, kebudayaan fisik, dan pengertian lainnya. Demikian pula dalam observasi ilmiah yan terkadang sulit untuk membatasi dan memusatkan perhatian kepada suatu gejala. Akan tetapi sering dalam prakteknya suatu kegiatan ilmiah banyak mengandung nuansa yang tidak jelas sudut pandangnya (persepsinya).
Konsep Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1980), kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan”hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga dibedakan antara”budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karya, dan rasa, dengan “kebudayaan” yang berarti hasil cipta, karsa, dan rasa. Dalam disipin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja. Menganalisis konsep kebudayaan itu perlu dilakukan dengan pendekatan dimensi wujud dan isi dari wujud kebudayaan.
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pemikiran manusia : wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat kepada kepala-kepala manusia yang menganutnya.
2. Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya.
3. Wujud sebagai benda. Aktivitas manusia yang saling berinterasi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluanhidupnya.
Unsur-unsur Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang luas. Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunai tujuh unsur universal, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
C. Sistem Budaya dan Sistem Sosial
Sistem sosial, sistem budaya, dan kebudayaan fisik merupakan bagian dari kerangka budaya. Sistem-sistem tersebut hanyalah sebagian dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan. Sistem sosial dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak dibahas dalam kajian sosiologi, sedangkan sistem budaya banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya. Jadi, istilah sistem ini dapat dipakai untuk berbagai cara, fenomena, undang-undang dan lain-lain. Tetapi yang jelas, sistem itu memiliki sepuluh ciri, yaitu:
1. Fungsi (function),
2. Satuan (unit),
3. Batasan (boundary),
4. Bentuk (structure),
5. Lingkungan (environment),
6. Hubungan (relation),
7. Proses (process),
8. Masukan (input),
9. Keluaran (output),
10. Pertukaran (exchange).
Sistem Budaya
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan lepas satu dari lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat mencakup nilai sistem budaya, sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masayarakat yang bersangkutan, termasuk norma agama.
Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melaui pembudayaan atau intitutionalization (pelembagaan). Dalam proses pelembagaan ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikanya dengan adat-istiadat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai sejak kecil, dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian dengan lingkungan di luar rumah, mula-mula dengan meniru berbagai macam tindakan. Setelah perasaan dan nilai budaya yang memberikan motivasi akan tindakan meniru itu diinternalisasi dalam kepribadiannya, maka tindakannya itu menjadi suatu pola yang mantap, dannorma yang mengatur tindakannya dibudayakan. Tetapi ada juga individu yang dalam proses pembudayaan tersebut yang mengalami deviants, artinya individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya degan sistem budaya dilingkungan sosial sekitarnya.
Kebudayaan Subjektif
Dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai batin dalam kebudayaan subjektif terdapat dalam perkembangan kebenaran, kebajikan dan keindahan. Dalam hierarki nilai perwujudannya tampak dalam kesehatan badan, penghalusan perasaan, kecerdasan budi bersama dengan kecakapan untuk mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain, serta kerohanian. Kesehatan, gaya indah, kebajikan, dan kebijaksanaan merupakan puncak-puncak bakat (ultimatum potetiae) dari badan, rasa, kemauan dan akal. Itulah dikonretasisasikan lebih lagi dalam ketrampilan, kecekatan, keadilan, kedermanwanan, elokuensi dan fungsi-fungsi lain yang diperkembangkan dalam tabiat manusia oleh pengalaman dan pendidikan. Lewatfungsi-fungsi itu manusia menyempurnakan kosmos dan menghumanisasikan dirinya. Keselarasan nilai-nilai subjektif diutamakan oleh humanisme klasik.
Kebudayaan Objektif
Nilai-nilai imanen dalam kebudayaan subjektif harus menyatakan diri dalam tata lahir sebagai materialisasi dan institusionalisasi. Di sana terbentang lah dunia Kebudayaan Objektif yang amat luas dan serba guna, yang dihasilkan oleh usaha raksasaratusan angkatan sepanjang sejarah. Sedikit demi sedikit dibina, dengan “trial dan eror”, dengan maju mundur, dengan pinjam-meminjam antar kebudayaan. Di sana dialog manusia-alam memuncak. Nilai-nilai yang direalisasikan secara batin. Sekali diproyeksi secara serupa, merupakan landasan untuk perkembangan batin lebih lanjut dan demikian terus-menerus dalam sarang yang semakin kompleks. Nilai-nilai objektif itu, yang juga disebut hasil unsur-unsur kebudayaan itu dapat disistematisasikan menurut beberapa prinsip pembagian, antara lain: ilmu pengetahuan, teknologi, kessosialan, ekonomi, kesenian, dan agama.
Sistem Sosial
Teori sistem sosial pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiolog Amerika, Talcot Parsons. Konsep sistem sosial merupakan konsep pengganti konsep eksistensional perilaku sosial. Konsep struktur sosial digunakan untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep sistem sosial merupakan alat analisis realitas sosial sehingga sistem sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial. Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjeaskan tentang kelompok-kelompok manusia merupakan suatu sistem. Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu yang mempunyai struktur dalam dua arti, yaitu : pertama, relasi-relasi sendiri antara orang bersifat agak mantap dan tidak cepat berubah; kedua, perilaku-perilaku mempunyai corak atau bentuk yang relatif mantap. Dalam suatu sistem sosial, paling tidak harus terdapat empat hal, yaitu:
1. Dua orang atau lebih,
2. Terjadi interaksi di antara mereka,
3. Bertujuan,
4. Memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang dipedominya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar