Selasa, 27 Desember 2016
KETERAMPILAN BERBAHASA
• Alasan Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia
1. Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah di pelajari karena dalam bahasa ini tidak di kenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes).
3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk di pakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
• 4 ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
Yuyun Maria Ulfa. S.Pd
Kompetensi berbahasa mencakup: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Maka dari itu kemampuan berkomunikasi berbahasa mencakup komunikasi lisan dan komunikasi tulis, diperlukan keseimbangan keseimbangan antarkompetensi berbahasa dalam pembelajaran. Kemampuan membaca, menyimak, berbicara dan menulis merupakan alat ampuh pendukung kemampuan berpikir dan belajar (Cox, 1999).
1. ASPEK MEMBACA
Downing mendefinisikan bahwa membaca merupakan kegiatan menerjemahkan simbol-simbol tulis ke dalam bunyi. Kegiatan yang baru sampai pada penerjemahan terhadap simbol-simbol tulis menunjukkan bahwa membaca belum sampai pada kegiatan pemerolehan makna dari apa yang dibaca. Kegiatan membaca semacam itu baru sampai pada tahap belajar membaca. membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pisik dan psikis yang oleh Anderson disebut sebagai proses recording dan decoding. Melalui recording, pembaca mengasosiasikan lambang-lambang bunyi beserta kombinasinya dengan bunyi-bunyi. Dengan proses itu rangkaian tulisan yang dibacanya menjilma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
2. ASPEK BERBICARA
Kemampuan berbicara mendapatkan kontribusi dari aktivitas membaca. Dari aktivitas membaca akan diperoleh berbagai gagasan dan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan teks pidato atau percakapan tentang topic tertentu. Salah satu contohnya adalah guru yang akan menyampaikan bahan ajar kepada siswanya perlu membaca berbagai sumber yang memadai, misalnya buku teks, buku-buku lain yang terkait, media cetak, dan media media elektronik (internet). Dengan berbagai sumber tersebut, isi pidato atau percakapan menjadi lebih berbobot.
Kemampuan berbicara, terutama berpidato memerlukan kemampuan menulis, khususnya bagi orator/penceramah pemula. Dalam hal ini uraian pidato perlu ditulis lebih dahulu, dibaca berulang-ulang, direvisi, dibaca ulang, dan diinternalisasi, sehingga isi pidato telah dikuasainya dengan baik. Penguasaan yang baik ini masih perlu didukung dengan teknik yang baik pula.
3. ASPEK MENYIMAK
Menurut Goss (dalam Farris, 1993:154), menyimak merupakan suatu proses mengorganisasi apa yang didengar dan menetapkan unit-unit verbal yang berkorespondensi sehingga bisa ditangkap makna tertentu dari apa yang didengar.
Menyimak merupakan suatu proses internal yang sulit dipahami. Lundsteen (dalam Tompkins dan Hoskisson, 1991:108) menggambarkan menyimak sebagai most mysterious language process. Dinyatakan demikian karena kenyataannya guru sulit untuk mengetahui sejauhmana siswanya berhasil atau tidak dalam suatu proses pembelajaran menyimak. Ia juga mengemukakan bahwa menyimak merupakan proses yang sangat kompleks dan interaktif, yakni siswa dituntut mampu mengubah bahasa atau wacana lisan yang didengar menjadi sebuah makna di dalam pikiran.
4. ASPEK MENULIS
Menulis adalah proses komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain yang melibatkan penulis sebagai penyampai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan.
Proses Menulis
1. Tahap Pramenulis: memilih topik, mengumpulkan bahan, menganalisis audience, menentukan tujuan, memilih bentuk tulisan.
2. Tahap Saat Menulis Draf : menulis draf kasar (buram), penekanannya pada masalah isi
3. Tahap Merevisi : Memperbaiki tulisan (perbaikan dari segi isi).
4. Tahap Mengedit : Memperbaiki aspek mekanik (penggunaan tanda baca, penulisan kata, penggunaan huruf besar).
5. Tahap Publikasi : Menyampaikan tulisan kepada pembaca khalayak dalam bentuk diterbitkan, dibacakan, dipajang di papan pajangan.
Prosedur Pengajaran
Strategi Menulis Proses
• Sebelum Menulis, aktivitas yang bisa dilakukan mengamati, meneliti, mengalami, brainstorming, membuat daftar, membaca, memetakan, menonton, membuat kerangka.
• Tahap Menulis : mengembangan tulisan menjadi draf awal dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan audience, tujuan, dan bentuk tulisan.
• Tahap Pascamenulis : Merevisi dan publikasi, menyempurnakan tulisan, menuliskan kembali, membacakan, menerbitkan, memajang hasil tulisannya.
• Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sumber utama yang telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan tertulis).
Penggunaan kata baku
1) Persuratan antar instansi
2) Lamaran pekerjaan
3) Karangan ilmiah
4) Perundangan-undangan
5) Surat keputusan
6) Nota dinas
7) Rapat dinas
8) Pidato resmi
9) Diskusi
10) Penyampaian pendidikan
11) Dan lain sebagainya.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Biasanya kata tidak baku dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata atau bahasa yang tidak baku, yaitu sebagai berikut:
1) Pemakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata-kata yang dimaksud
2) Pemakai terpengaruh oleh orang yang biasa menggunakan kata tidak baku
3) Pemakai bahasa tidak baku akan selalu ada karena tidak mau memperbaiki kesalahannya sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar