Selasa, 27 Desember 2016

Kawasan Filsafat

Mengenal Kawasan Filsafat A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pengertian Tingkat kebenaran sejati dalam konteks filsafat bukanlah dalam wilayah yang tidak dapat dibantah dan tidak berubah-ubah dalam historitas kehidupan manusia. Eksistensinya selalu mengikuti cakrawala berpikir dan wawasan para filsuf dalam membangun pemikirannya. Semakin komprehensif seorang filsuf dalam memandang suatu realitas dalam kehidupan ini, maka semakin kuatlah bangunan filosofisnya, sehingga secara niscaya akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan dan keputusan-keputusan yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Jadi, kesimpulan-kesimpulan filsafat sangat tergantung pada wawasan dan cara pandnag seorang filsuf dalammemandang realitas yang dalam hampir di segala dimensinya tergantung padaruang dan waktu. Sifatnya yang sedemikian, memastikan kebenaran filsafat itu selalu berada di bawah bayang-bayang subjektivitas dan relativitas para filsufnya. Dalam konteks ini, wajar jika dalam memandang realitas yang sama, para filsuf pun menunjukkan perbedaan-perbedaan yang meniscayakan perbedaan pula dalam ajaran filsafatnya. Hal ini tidak saja mengingat metodologi filsafat yang digunakan berbeda, tetapi juga karena wawasan dan cakrawala berpikir para filsuf itu pun yang memang juga berbeda. Ruang Lingkup Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi ke dalam tiga bidang permasalahan : metafisika, epistemologi, dan aksiologi, sehingga setiap masalah filsafat selalu masuk ke dalam salah satu bidang kajian ini. Metafisika Istilah metafisika dipakai untuk mengungkap masalah-masalah teoritis-intelektual filsafat dalam maknanya yang umum, identitasnya menyangkut pandangan tentang realitas yang melampaui dunia riil. Oleh karena itu, yang termasuk bidang ini adalah kajian-kajian yang menyangkut persoalan kosmologis seperti pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dunia, proses, dan perkembangan alam semesta; pembicaraan seputar ketuhanan, seperti apakah Tuhan itu ada, kekuasaan dan keadilan Tuhan bagaimana proses pikir tentang adanya Tuhan, bagaimana mahluk bisa berhubungan dengan Tuhan? Dan lain sebagainya. Begitu pula pertanyaan-pertanyaan seperti hakikat manusia, apa saja dimensi pembentuk manusia? Apa hubungan akal dan badan manusia? Apa tujuan hidup manusia? Bagaimana manusia berinteraksi dengan Tuhannya? Apa hakikat moral bagi manusia? Apakah manusia dapat menentukan moral untuk dirinya? Dan mungkin juga persoalan-persoalan ontologi, seperti pertanyaan apa sesungguhnya yang disebut ada dan riil itu? Apakah realitas itu terbangun menurut dengan sistem yang teratur atau bukan? Apakah esensi realitas itu ada pada wilayah form atau wilayah material, pada wilayah energi ruhaniah atau jasmaniah? Dan lain sebagainya. Atas dasar itu semua maka kajian wilayah metafisika ini berkenaan dengan kajian-kajian wilayah ontologi seperti dalam filsafat alam, filsafat manusia, filsafat ketuhanan, dan lain-lain yang senada dengannya. Epistemologi Dalam bidang epistemologi, konsentrasi filsafat tertuju pada pembicaraan problem pengetahuan, apa pengetahuan itu? Apa sumber dan bagaimana prosedur memperolehnya? Apa gunanya? Bagaimana nilainya? Bagaimana membentuk pengetahuan yang valid? Apa kebenaran itu? Mungkinkah manusia meraih pengetahuan yang benar? Apa yang dapat diketahui manusia dan bagaimana keterbatasan-keterbatasan pengetahuan manusia? Bagaimana membangun hubungan interdependensi kebenaran-kebenaran? Epistemologi terkonsentrasi untuk membicarakan persooalan yang berkenaan dengan hakikat dan struktur pengetahuan. Aksiologi Mengingat bahwa universalitas filsafat itu memiliki hubungan erat dengan berbagai bentuk problem hidup dan kehidupan manusia yang tampak dalam berbagai dunia pengalaman dan wawasan yang meniscayakan munculnya berbagai jawaban atas berbagai realita dan varian yang bergelayut di dalamnya, maka dalam tata cara dan sistemnya, penyelesaian filsafat pun tergantung pada problemnya. Jika problem berkenaan dengan pencarian konseptual yang sifatnya universal, maka pendekatan filsafat yang digunakan akan berbeda dengan program filsafat yang berhubungan tata kehidupan dan perilaku manusia. Berdasarkan pewilayahan objek filsafat ini, maka dalam tata kerja pikir filsafat dapat pula dibagi kepada dua bagian, yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Filsafat dengan karakteristiknya seperti telah di bahas di atas, menjadikan dirinya berbeda dengan ilmu pengetahuan, kendatipun keduanya adalah dua tata cara manusia untuk memperoleh kebenaran. Bahan filsafat tidaklah sama seperti bahan-bahan yang ada pada ilmu pengetahuan. Bahkan pada filsafat bersifat universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang-bidang tertentu, sifatnya parsial. Filsafat diarahkan pada keseluruhan capaian hakikat-hakikat dalam keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang menunjuk pada sesuatu yang menjadi fokus kajian, sedangkan ilmu pengetahuan lebih tertuju hanya pada lingkup objeknya saja. Dengan kondisinya yang demikian, menjadikan sifat dan corak kebenaran filsafat danilmu pengetahuan pun akan berbeda. Pengetahuan dan Kebenaran Pengetahuan Kita dapat menikmati berbagai fakta dan peristiwa sepanjang waktu dan sejarah hidup kita. Kita dapat mengetahui berbagai realitas itu melalui bermacam-macam pengalaman yang kita lalui dalam hidup kita. Apakah pengetahuan itu sendiri terbentuk dalam dirinya dan terbatas oleh apa yang dapat disentuh oleh pancaindra kita? Apakah pancaindra kita dapat menyentuh realitas itu sesungguhnya? Ataukah kita hanya dapat meraih fenomena-fenomenanya saja? Ataukah mungkinkah kita hanya menangkap gambarannya saja? Apakah pengetahuan itu sesungguhnya? Apakah ada sumber pengetahuan dari subjek atau dari objek. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian memunculkan teori-teori pengetahuan. Kebenaran Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori kebenaran, yaitu : 1. Teori korespondensi ; teori ini berpendapat bahwa kebenaran adalah hubungan antara subjek dan objek. 2. Teori konsistensi ; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang terlalu sama kesan antarsubjek terhadap objek yang sama, sehingga validitasnya pun sangat tergantung pada tanggapan-tanggapan subjek yang satu dengan yang lainnya. 3. Teori pragmatisme ; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah pemikiran yang berguna bagi kehidupan praktis manusia. 4. Teori relativisme ; kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan perangkat persepsi yang sehat. 5. Teori empirsme ; kebenaran adalah pengetahuan yang bisa dialami secara indrawi. 6. Teori relijius ; teori ini berpandangan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang datang dari Tuhan. C. Sistematika Berpikir Filsafat Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat, yaitu bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide, pengertian dan atau konsep; bagaimana prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam membuat keputusan; dan bagaimana pula sistem yang dapat dipedomani dalam upaya penuturan dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan. Ketiga aktivitas ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dalam kegiatan filsafat. Ketiga dimensi ini berkenaan langsung dengan logika. Sedemikian rupa sehingga aktivitas filsafat selalu diidentikkan secara nyata dengan bahasa logika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar