Selasa, 27 Desember 2016
Manusia dan Pendidikan
Manusia dan Pendidikan
A. Hakikat dan kedudukan manusia di dunia
Membicarakan hakikat manusia dan kedudukannya berarti menempatkan manusia dan segala sesuatu yang berekenaan dengannya sebagai suatu masalah yang inheren. Persoalan manusia memang merupakan masalah yang selalu ada bagi setiap manusia yang sadar sepanjang sejarah kehidupannya, namun pemahaman yang sesungguhnya tidak akan ditemukan jika manusia itu tidak ditempatkan sebagai suatu realitas. Pertanyaan penting yang berkenaan dengan ini adalah apa hakikat manusia dn bagaimana kedudukannya dalam realitas dirinya dan alam semesta serta bagaimana pula hubungannya dengan Penciptanya? Hal ini semakin penting dibicarakan mengingat tidak ada yang hidup daklam kehampaan relaitas dan Tuhan sebagai pencipta. Atas dasar pemikiran ini, maka uraian ini kana diarahkan untuk membahas dua persoalan ini.
1. Hakikat Manusia
Manusia berada di dunia selalu berkenaan dengan hukum tiga tahap, yaitu tahap estetis, etis, dan relijius. Pada tahap pertama, seseorang itu mengekspresikan dirinya dalam pengembangan aspek naluri insaniyah yang cenderung pada peraihan kesenangan dan kenikmatan yang semata-mata mengandalkan penilaian dari hasil pengamatan indrawi yang terikat pada tendensi ruang dan waktu. Pada tahap kedua manusia telah mengarahkan pola hidupnya pada upaya pencarian nilai-nilai yang baik dan terbaik bagi dirinya, masyarakat, dan alam semesta. Dalam konteks ini, manusia telah memosisikan dirinya sebagai pencari dan penentu nilai, sehingga ia pun hidup dengan penuh tanggung jawab. Pada tahap ketiga (tahap relijius), manusia telah mampu melihat denagn mempertimbangkan dan memutuskan bahwa dirinya mesti berbuat atas dasar hukum-hukum Tuhan yang teratur dan abadi. Pada tahap ini, manusia menyadari bahwa ada ketentuan yang tetap yang telah diatur Tuhan untuk manusia, sehingga manusia dpat mennetukan dan memutuskan secara arif dan bertanggungjawab hal-hal yang dihadapinya di dunia. Dlam konteks ini manusia telah menempatkan rasionya, alam jagad raya, dan Tuhan sebagai hal yang tidakbisa dipisahkan.
2. Tugas dan Fungsi Manusia
Pada hakikatnya, dalam diri manusia terdapat sifat-sifat dan unsur-unsur Ilahiah yang tampil dlam bentuk potensi-potensi yang mesti dikembangkan dan dijabarkan manusia dalam bentuk perilaku-perilaku nyata. Hal ini karena memang dalam proses kejadiannya manusia ditiupkan ruh dari Tuhannya yang tidak terdapat pada mahluk lainnya. Dengan tugasnya sebagai khalifah fi al-ardh manusi a diberi hak untuk mengembangkan dan memelihara sifat-sifat potensial yang berdimensi sifat Ilahiah yang bersemayam dalam dirinya ini agar benar-benar menjadi perilaku senyatanay. Manusia dalam hal ini dituntut untuk berpikir kreatif dan inovatif untuk mengembangkan dirinya ke arah perealisasian sifat-sifat Tuhan yang ada dalam dirinya itu dan srelalu menjaga dan memelihara sifat-sifat potensial itu dari kehancuran. Berdasarkan inilah maka manusia dituntut untuk tetap selalu tanggap dan tangkas dalam memandang setiap realitas yang ada dalam kehidupannya, sehingga memudahkan dirinya untuk menjadi lebih baik dan sempurna.
B. Eksistensi pendidikan dlam pengembangan fitrah manusia
1. Hakikat pendidikan
Kondisi yang erat kaitannya dengan kesadaran diri, maka pendewasaan intelektual melalui pembinaan berpikr reflektif-kritis-kreatif yang akan menumbuhkan konsep diir yang seterusnya akan membentuk sikap diri manusia dlam memandang persoalan-persoalan di berbagai realitas kehidupannya merupakan sesuatu yang niscaya dalam aktivitas kependidikan. Upaya penyadaran ini adalah tugas esensial bagi dunia pendidikan, karena memang eksistensinya bersentuhan langsung dengan pemanusiaan itu sendiri. Pendeknya, penumbuhkembangan berpikir reflektif-kritis-kreatif ini merupakan kunci suksesnya suatu pendidikan. Pengupayaannya melalui proses kependidikan tentu erat kaitannya dengan penagturan struktur-struktur psikologis melaui interaksi organisme denagn lingkungan. Dalam konteks ini, dapat dikatakan, bahwa pendidikan adalh upaya penyediaan kondisi yang dapat menciptakan penumbuhkembangan intelektualitas manusia yang dapat menyadarkan diri manusia di dalam menentukan pilihan-pilihan yang mencerminkan kepribadian manusia yang sutuhnya. Bila diberikan interpretasi mendalam terhadap konsep iman dalam Islam, akna tampak bahwa penaydaran merupakan hal yang sangat yrgen dalam pembentukan humanitas manusai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar