Masalah sosiologi pendidikan di Kampus Ciwaru

Masalah sosiologi pendidikan di Kampus Ciwaru Kampus adalah tempat yang seharusnya membuat para mahasiwa atau mahasiswi menjadi nyaman untuk dapat melakukan kegiatan belajar mengajar, tetapi tidak bagi mahasiswa untirta Kampus Ciwaru . Fenomena yang terjadi pada Kampus C (Kampus Ciwaru) adalah ketidaknyamanan mahasiswa atas sarana dan prasarana serta fasilitas yang dimilikinya, tidak seperti Kampus lain yang sudah menyediakan fasilitas untuk menunjang proses belajar, seperti tersedianya perputakaaan dan laboraturium yang belum maksimal diupayakan. Banyaknya kendaraan berat pengangkut material yang lalu-lalang di sekitar Kampus Ciwaru cukup menggangu proses belajar karena membuat mahasiswa hingga dosen pun sulit untuk berkonsentrasi menyerap Mata Kuliah yang akan diberikan. Belum lagi ketika musim hujan tiba, jalan yang becek bahkan galian yang menjadi proses pembangunan kerap menjadi “kolam” dadakan, karena jalan yang tergenang air tersebut membuat kelas menjadi kotor, tidak indah dilihat, dan membuat mahasiswa maupun dosen menjadi tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Kurangnya tenaga pendidik yang memang berkompeten di bidangnya karena tenaga pendidik yang masih sedikit. Media belajar seperti proyektor dan ruang kelas yang digunakan belum maksimal dapat dimanfaatkan. Faktor yang mungkin dapat kita potret adalah 1) Modal (Dana): Kemungkinan modal berupa dan yang masih belum bisa dioptimalkan untuk pembangunan kelas, perpustakaan, dan laboratorium. 2) Manajerial (Tata Kelola) : Tata kelola sangat penting digunakan karena dengan kemampuan manajerial atau tata kelola yang baik akan membuat sebuah Kampus lebih dapat tersusun dan menyediakan fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa, dengan bertambahnya mahasiswa diKampus Ciwaru diharapkan bertambah pula kelas yang dapat digunakan agar mahasiswa tidak sampai ada yang pulang sampai malam, dan pembelajaran akan terasa lebih optimal. 3) Kebijakan (Kepemimpinan) : pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mengambil kebijakan yang tepat bagi semua orang tanpa menguntungkan sebagian pihak, yang sangat diharapkan adalah seorang pemimpin harus memikirkan baik-baik tentang kebijakan yang akan diambil dan bagaimana dampak bagi si penerima kebijakan tersebut. Kesimpulannya adalah kita sebagai mahasiswa harus lebih peduli dengan Kampus yang kita tempati, tidak hanya menuntut agar Kampusdijadikan lebih baik tetapi kitapun harus tetap mempunyai semangat dalam belajar, segalanya butuh proses untuk menjadi lebih baik seperti halnya KampusCiwaru yang baru saja berdiri seumur jagung, yang akan berkembang menjadi lebih baik ke depannya dan bisa bersaing dengan universitas-universitas negeri lainnya. Kita harus dapat membuktikan bahwa fasilitas yang kurang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar tidak menghambat kita untuk dapat berprestasi baik dari segi akademik ataupun dari segi organisasi tidak kalah dengan kampus-kampus ternama lainnya. Menurut saya fenomena ini termasuk dalam permasalahan sosiologi pendidikan karena fenomena ini cukup mengganggu kegiatan belajar mengajar, di sini dapat dilihat bahwa struktur fungsional itu sangat penting. Karena mahasiswa adalah suatu sistem dari bagian-bagian yang saling berhubungan, hubungan antara mahasiswa dan pembuat kebijakan bersifat timbal balik yaitu saling mempengaruhi. Disfungsi atau ketegangan sosial atau penyimpangan akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian dan proses institusionalisasi. Karena struktural adalah suatu sistem yang saling mempengaruhi maka dari itu setiap struktur harus menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi ketimpangan di dalam struktur tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial bersifat gradual melalui penyesuaian bukan bersifat revolusioner. Perubahan terjadi melalui tiga macam kemungkinan: 1. Penyesuaian sistem sosial terhadap perubahan dari luar (Extra Systemic Change). 2. Pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional. 3. Penemuan baru oleh angota masyarakat.