Selasa, 27 Desember 2016

Desa yang Mengalami Kemajuan Teknologi

Desa yang Mengalami Kemajuan Teknologi Menurut paham Ricardo, proses tumbuhnya kemelaratan dan ketidaksamaan diakibatkan dari tekanan penduduk dengan stagnasi teknologi. Kita akan mencoba untuk menemukan dampak kemajuan teknologi terhadap distribusi pendapatan di dalam komunitas Desa tersebut. Pemilihan Desadan Pengumpulan Data Untuk keperluan penelaahanini di antara Desa-Desa dalam lingkungan Kabupaten Serang, sebuah Desa yang termasuk daerah monokultur pada padi tetapi yang tidak seperti Desa selatan, telah mengalami kemajuan-kemajuan besar dalam teknologi produk padi selama dasawarsa yang lalu. Desa yang memenuhi persyaratan itu terdapat di daerah penghasil padi sepanjang pantai laut jawa, kira-kira 20 kilometer sebelah utara Subang Selatan. Desa ini selanjutnya disebut DesaSubang Utara. DesaSubang Utara terletak di atas dataran pantai yang benar-benar rata. Sebelum tahun 1968, ketika proyek Jatiluhur diperluas, sawah-sawah di Desa ini telah diairi oleh sistem pengairan setempat yang dinamakan sistem macan. Sistem ini hasil padinya rendah dan tidak tetap. Dalm survei ini menerapkan survei sampel, kecuali untuk statistik-statistik dasar seperti daerah, penduduk dan jumlah rumah tangga. Kami memilih kampung yang terkecil diDesa ini sebagai lokasi telaah dan memilih 60% dari rumah tangga petani dan 40% dari rumah tangga non petani untuk survei sampel. Mengenai hubungan tuan tanah-penyakap-majikan-pekerja tidak bisa diperoleh informasi yang terperinci karena pencacahan lengkap tidak diterapkan. Tuan tanah yang memiliki hampir sepertiga dari sawah yang ada di Desa itu dan yang sudah tentu tidak suka memberikan informasi tentang hal-hal yang sensitif, seperti misalnya proses bagaimana caranya ia memperbanyak tanahnya. Akibatnya data tentang ini tidak dapat diandalkan dibandingkan dengan data untuk Desa-Desa lain yang telah kami telaah dan tidak dapat perbedaan mengenai biaya dan keuntungan produksi padi. Analisa ini dipusatkan pada perubahan-perubahan dalam teknologi produksi padi dan implikasinya atas distribusi pendapatan. Pola Demografi dan Struktur Agraris Jumlah seluruh penduduk DesaSubang Utara tahun 1979 adalah 744 orang untuk 65 hektar sawah; rasio manusia-tanah sebanyak 12 orang per hektar tanah di Desa ini merupakan hal yang cukup baik dibandingkan dengan 17 orang di DesaSubang Selatan. Karena keterbatasan waktu dan sumber daya menyebabkan kesukaran untuk menelusuri anak-anak usia tanggung yang meninggalkan rumah tangga orangtua mereka,seperti dilakukan dengan teliti di DesaSubang Selatan. Khususnya untuk para ibu yang berada pada golongan usia tua, data untuk ibu di atas usia 49 tahun telah dihapus dari analisa. Tingkat pertumbuhan penduduk secara alamiah untuk tahun-tahun belakangan ini jauh lebih tiggi di Desa utara daripada di Desa selatan. Jumlah rumah tangga di DesaSubang Utara di tahun 1940 adalah kira-kira 40, yang bertambah menjadi 191 pada waktu survei kami berjalan. Tingkat pertumbuhan penduduk selama empat dasawarsa yang lalu adalah kira-kira 4% per tahun yang mencerminkan suatu arus migran yang cepat memasuki Desa ini. Pemukiman Desa utara baru mulai di tahun 1920-an, pemukiman ini terlambat karenalebih sukar untuk membangun sistem irigasi pada tingkat lokal di dataran pantai yang rata ini dibandingkan dengan di daerah-daerah berteras yang dikelilingi oleh gunung-gunung, seperti di DesaSubang Selatan. Hasil padi pada keadaan tadah hujan hanya kira-kira 1,5 ton per hektar, diperlukan suatu tanah garapan seluas kira-kira 2 hektar untuk menghidupi sebuah keluarga. Permintaan akan tenaga kerja pun meningkat dan sejumlah besar pendatang mengalir ke Desa ini. Stratifikasi berkembang di kalangan pemukim lama, sebagian dari mereka memperoleh tanah dari yang lain melalui cara pinjam-meminjam uang, untuk menggadaikan tanah mereka kepada tetangga-tetangga mereka yang berada. Kasus yang khas adalah proses pengumpulan tanah oleh tuan tanah yang paling besar. Melalui pinjaman uang, ia telah mengumpulkan lebih dari 20 hektar di Desa ini dan beberapa lagi di Desa-Desa lainnya. Pengalihan tanah seperti ini karena sistem saling tolong dan saling meminjam di lingkungan komunitas Desa itu belum begitu banyak perkembangannya. Perubahan-Perubahan dalam Usaha Tani Padi Perubahan yang paling penting adalah perluasan sistem pengaliran Jatiluhur ke Desa ini. Saluran utama dibangun menjelang tahun 1968, tapi baru pada tahun 1972 saluran sekunder dan tertier diselesaikan dan seluruh daeah di Desa itu dapat ditanami padi dua kali setahun. Sebagai akibat penggantian tenaga hewan untuk kerja manusia dalam pengolahan tanah, rata-rata masukan tenaga kerja per hektar luas tanaman per musim untuk produksi padi di Desa subang hanya 955 jam, hampir 300 jam lebih pendek dari di DesaSubang Selatan. Walaupun ada upaya menghemat tenaga kerja, bertambahnya permintaan akan tenaga kerja disebabkan oleh menyebarnya panen ganda, telah melebihi persediaan seperti dinyatakan oleh naiknya tingkat upah nyata. Konsekuensi Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi secara luas dikatakan sebagai pergeseran fungsi produksi ke atas – telah dilaksanakan di DesaSubang Utara, sebagai akibat kemajuan dalam sistem irigasi dan digunakannya varietas modern. Perubahan-perubahan dalam sistem panen padi Bentuk tradisional panen padi di DesaSubang Utara benar-benar menurut sistem bawon terbuka yang dapat diikuti oleh setiap orang sewaktu panen, dengan menerima bagian dari hasil. Perubahan-Perubahan dalam Distribusi Pendapatan Tambahan penggunaan tenaga kerja di DesaSubang Selatan telah diikuti oleh menurunnya tingkat upah tenaga kerja dibandingkan dengan tigkat sewa hewan penarik, yang mencakup suatu distribusi modal dengan tenaga kerja melalui fungsi produksi tertentu. Kedua DesaTersebut dalam Ekonomi Sederhana Analisa komparatif kedua Desa tersebut seperti diramalkan oleh model ekonomi sederhana yaitu kemelaratan dan kesenjangan ynag bertambah besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar